Harga Grosir belum termasuk ongkir via JNE


















Please Read :

-Semua barang adalah Pre Order (tidak ready stock)
-Open PO setiap minggu (senin-jumat)
-Barang ready 5 hari kerja
-Semua harga yg tertera adalah harga reseller (Minimum order Rp 100.000)
-Semua barang adalah 100% import
-Setiap barang yg kosong, rusak ataupun cacat, uang akan di kembalikan 100% full
-Pembayaran FULL payment pada saat tutup PO di hari jumat
-Harga yg tertera blm termasuk ongkos kirim ke alamat masing2 customer via JNE

Pembelian di bawah Rp 100.000 akan di kenakan penambahan harga per pcs:

Harga 0-50.000 akan di tambah 10.000 per pcs
Harga 50.000 - 95.000 akan di tambah 15.000 per pcs
Harga diatas 95.000 akan di tambah 20.000 per pcs

Cara Order: Ketik Kode Barang+Nama+Alamat Lengkap Anda+No.Telp, kirim ke 083898794125/via BBM 31300ccc. Selain nomor diatas kami Tidak Bertanggung Jawab.

Happy Shooping!! ^^

Aksesoris Korea Pre Order, harga grosir belum termasuk ongkir.

A25463-20.400


A25461-20.400


A25462-20.400

A25464-20.400







Please Read :

-Semua barang adalah Pre Order (tidak ready stock)
-Open PO setiap minggu (senin-jumat)
-Barang ready 5 hari kerja
-Semua harga yg tertera adalah harga reseller (Minimum order Rp 100.000)
-Semua barang adalah 100% import
-Setiap barang yg kosong, rusak ataupun cacat, uang akan di kembalikan 100% full
-Pembayaran FULL payment pada saat tutup PO di hari jumat
-Harga yg tertera blm termasuk ongkos kirim ke alamat masing2 customer via JNE

Pembelian di bawah Rp 100.000 akan di kenakan penambahan harga per pcs:

Harga 0-50.000 akan di tambah 10.000 per pcs
Harga 50.000 - 95.000 akan di tambah 15.000 per pcs
Harga diatas 95.000 akan di tambah 20.000 per pcs

Cara Order: Ketik Kode Barang+Nama+Alamat Lengkap Anda+No.Telp, kirim ke 083898794125/via BBM 31300ccc. Selain nomor diatas kami Tidak Bertanggung Jawab.

Happy Shooping!! ^^

Muslim Rohingya Dibantai, Pendekar HAM di Republik Ini Kenapa Bungkam?


JAKARTA (VoA-Islam) – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Luar Negeri KH. Muhyidin Junaidi menyesalkan para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) di negeri ini yang suka berteriak HAM. “Kemana mereka? Kenapa bungkam?” Giliran masyarakat non-muslim, dunia memberi perhatian. Tapi begitu kaum muslimin yang ditindas, dizalimi dan dibantai, para aktivis HAM diam seribu bahasa. Terlalu!!
“Masyarakat internasional, terutama PBB, seharusnya memperhatian kasus ini dengan memberi porsi lebih. Mungkin, karena tragedi Muslim Rohingya tidak marketable (tidak menjual), ada kencenderungan para aktivis HAM melakukan pembiaran terhadap nasib suku Rohingya yang beragama muslim di Myanmar.
KH. Muhyidin mengkritik LSM yang peduli HAM yang tidak bergeming terhadap penderitaan Muslim Rohingya. “Seharusnya mereka memberi perhatian khusus. Jika kasus itu menimpa non muslim, mereka memberi perhatian lebih, dan cepat bereaksi. Tapi giliran kaum muslimin yang dibantai, dibiarkan saja. Jelas ini tidak adil. .
MUI mendesak Pemerintah Indonesia agar menyelesaikan kasus kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya. Ia yakin Pemerintah Indonesia bisa  menjadi leader di kalangan anggota ASEAN lainnya, untuk menekan Myanmar agar menhormti HAM negara yang mayoritas memeluk agama Budha.
Ketika ditanya Voa-Islam, kenapa pemerintah Indonesia tidak memberi suaka politik kepada pengungsi Muslim Rohingya yang sempat transit di Aceh dan Lampung? Dikatakan KH. Muhyidin, pada umumnya, pengungsi Muslim Rohingya minta suaka minta ke negara Australia dan New Zeland, sedangkan Indonesia hanya dijadikan tempat transit saja. “Namun demikian, pemerintah Indonesia harus menghormati dan melayani mereka dengan baik.”
Tidak diberikannya suaka politik di setiap negara ASEAN, kata Muhyidin, biasanya terkendala oleh mekanisme khusus dalam menyelesaikan problem suatu negara. Dalam hal ini, Indonesia terlalu hati-hati, meski terlihat terjadi unsur pembiaran. Indonesia sebenarnya dapat mempengaruhi negara-negara ASEAN untuk menyelesaikan tragedi kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya, jika mau.
KH. Muhyidin tidak menutup mata, jika para biksu di Myanmar ikut melakukan kekerasan terhadap Muslim Rohingya yang minoritas. Jika melihat negara-negara yang dipimpin oleh Pemerintah Buddhis, umat Islam sengaja diciptakan agar hidup terbelakang dalam segala bidang, baik politik maupun ekonomi.
Terjadi ketidak adilan pemerintah di negeri yang mayoritas beragama Buddha yang membiarkan umat Islam di Thailand Selatan, Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam dan sekitarnya, terus menerus hidup terbelakang. Inilah fakta, ketika umat Islam sebagai minoritas, selalu ditindas, dizalimi, dibantai, diskriminasi dan diperlakukan tidak adil, seperti halnya bangsa yang terjajah. DesastianPembantaian Muslim Rohingya

Waspadalah! Misi Amerika,,


Apakah ada Kaitannya antara RAND Corporation dengan Pemahaman Ghulatut Takfir?
Oleh: Nurul Islam
Mimbar Tauhid wal Jihad
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
Amma ba'du:
Tidak diragukan lagi bahwa banyak ikhwah (kalau tidak seluruhnya) yang mengikuti perkembangan gerakan busuk dan penuh makar dari lembaga RAND ini. Yang memiliki salah satu agenda penting yaitu menghilangkan ruhul Islamberupa tatanan hukumnya yang rabbani dan syariatnya yang berasal dari langit.
Menghilangkan juga seluruh manifestasi kehidupan beragama. Merubah kaum muslimin, bahkan merubah Islam itu sendiri pada waktunya nanti. Membangun jaringan Islam "moderat" tentu dengan standar yang mereka tentukan sendiri tentang apa  itu "muslim moderat". Itulah cara merubah pemikiran seluruh kaum muslimin tidak hanya kaum radikalnya.
Hal tersebut dapat dipahami oleh siapa saja yang  menelaah rilisan meraka dengan judul  "building moderate muslim network" (http://www.rand.org/pubs/monographs/2007/RAND_MG574.pdf)
Mari kita mulai dengan selayang pandang profil lembaga perusak Islam  ini:
  1. RAND corporation adalah sebuah lembaga think-tankterbesar di dunia.
  2. Markas besarnya di California (satu kota dengan Facebook)
  3. Memperkerjakan 1600 analis dan kebanyakan staffnya memliki nilai akademis yang tinggi.
  4. Anggarannya per tahun 100-150 milyar dolar Amerika
  5. Salah satu lembaga think-tank paling berpengaruh atas pemerintah amerika dalam mengambil kebijakan.
  6. Pendukung aliran keras di kementerian pertahanan Amerika. Kementerian pun banyak mendukung proyek dan dana lembaga ini.
  7. Mempunyai ikatan dengan CIA dan FBI
  8. Studi dan analisanya banyak membahas soal menghadapi Islam dan kaum muslimin.
  9. Berkontribusi dalam perencanaan strategi perang terhadap teror (baca: perang terhadap Islam)
  10. Satu-satunya cabang di dunia, hanya berada di Qatar.
(Sudah merupakan prinsip strategi) sebuah keharusan bagi suatu pihak bila ia ingin menyerang lawannya, ia harus mempelajari kepemimpinan lawannya, pola gerak, tindaknya dan para cendikiawannya sehingga dia mengetahui seluk beluk tentang lawannya yang akan memudahkannya menyerang dengan metode yang sesuai waktu dan tempat.
Dari prinsip ini mulailah amerika melakukan studi yang komprehensif tentang salafi jihadi; pola geraknya dan ulama-ulamanya.  Lembaga yang paling menonjol dalam studi ini adalah RAND corporation, yang membuat pemetaan dan menyimpulkan bahwa Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi ialah orang yang paling berbahaya di muka bumi disebabkan buku-buku dan karya tulis beliau, serta tentu tauhid beliau.
Lembaga anti teror di akademi militer Amerika, west point (dikenal dengan CTC; Combatting Terrorism Center) juga merilis karya analisa dengan judul "miltant ideology atlas"(http://www.ctc.usma.edu/wp-content/uploads/2012/04/Atlas-ExecutiveReport.pdf ) di dalamnya tercantum peta paramasyaikh salafi jihadi yang menonjol, beserta ukuran pengaruh masing-masing. Dan Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi menduduki peringkat yang tak terbantahkan bahaya pengaruhnya menurut mereka. Kemudian di bawahnya Dr. Abdullah Azzam –rahimahullah-, lalu Syaikh Yusuf Al ‘Uyairi -rahimahullah- dan seterusnya.
Seorang nasrani dari salah satu negara Eropa pun menulis untuk tesis doktoralnya dengan judul "almaqdisi" (setelah kami telusuri di internet, orang tersebut bernama Joas Wagemakers, dengan judul “a purist jihadi-salafi: the ideology of abu muhammad al-maqdisi”).
Di dalamnya dia membahas tentang Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, juga mencantumkan pendapat yang mendukung dan bertentangan dengan Syaikh. Yang unik adalah seorang nasrani ini ternyata sudah membaca semua buku Syaikh Al Maqdisi. Yang lebih unik lagi, dia menulis artikel yang membantah tuduhan bahwa Syaikh Al Maqdisi telah berubah pendapatnya dan menerangkan di dalam artikel itu bahwa Syaikh -hafizhahullah- tetap "tsabat" beliau tidak berubah keyakinan dan pendapatnya!
Lembaga ini dalam kegiatannya menyingkirkan salafi jihadiinternasional  dibantu oleh beberapa pihak, yang paling menonjol adalah beberapa lulusan al-azhar, Amr Khalid sebagaimana yang tertulis di laporan yang mereka rilis. Setelah hal itu menemui kegagalan, mereka meminta bantuan kepada para da'i salafi irja’ dan salafi penganuttasfiyah dan tarbiyah untuk mengeliminasi Islam yang beramaliah dan harokah.
Ikon yang paling menonjol menurut mereka adalah Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi -karena mereka anggap sebagai lab intelektual terorisme-. Tapi lagi-lagi semua usaha ini berujung kegagalan dan mereka belum bisa menemukan apa yang mereka mau. Pertanyaan yang timbul adalah; siapakah yang akan mereka jadikan kendaraan selanjutnya? Apakah para ahlu ghuluw?
Wahai saudaraku yang mulia, para pembaca!
Perhatikan hal ini baik-baik dan bandingkan dengan serangan terhadap Syaikh Al Maqdisi dari para muta'alimin (para pelajar) dan yang mengaku ahli fiqih, yang jahil terhadap ‘aqidah dan dien, yang mereka menisbatkan secara dusta diri mereka kepada dakwah jihad dan mujahidin, serta mereka berbicara tentang Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi.
Mereka terbagi kepada tiga kelompok:
  1. Kelompok pertama adalah kaum ghullat (ekstrim dalam mengkafirkan)
  2. Kelompok kedua: orang-orang yang menyelisihi Syaikh Al Maqdisi, dalam soal aqidah, dakwah dan pemikirannya, bahkan mereka musuh yang paling keras terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
  3. Kelompok ketiga: ahlul ahwa' yang naif dan tertipu.
Penjelasan 
Adapun kelompok pertama:  Syaikh Abu Muhammad amat menaruh perhatian kepadanya, karena jamaah ini yang paling banyak berpengaruh terhadap kebanyakan pemuda pengusung dakwah tauhid dan jihad. Hal ini disebabkan (kelompok pertama) banyak menjangkiti para pemuda itu dan para da'inya.Serta mereka tidak menemukan dari para pengusung tauhid keingkaran dan peringatan yang bisa menghalangi mereka dari kesesatan dan kejahilannya.
Bahkan sebagian penganut ghullat ini diri mereka dinisbatkan kepada jamaah tauhid dan jihad dan isu-isu terkait. Padahal pendapat mereka yang rusak itu seringkali disebut-sebut oleh para awwamu syababut tauhid dan dinukil dalam beberapa kesempatan.  Yang terkadang isu-isu yang diangkat itu, yang dinukil ulang terdapat di dalamnya khilaaf (perbedaan pendapat) yang diperbolehkan syariat.
Maka syaikh abu muhammad mewajibkan untuk berlepas diri dari pemikiran-pemikiran ini dan memerangi penganutnya dan para dai yang menyeru kepadanya sehingga tidak tercampur antara kemurnian dan keaslian dakwah tauhid wal jihad dengan ghuluw dan penyelewangan.
Mereka ini bermacam-macam jenisnya tergantung ke-ghuluw-an yang mereka anut, sebagaimana berikut:
Pertama: Orang-orang berpendapat bahwa semua manusia itu kafir, karena hukum asal para manusia ini kafir, kecuali ada dalil lain yang menyatakan sebaliknya, sedangkan dalil shahih yang mereka akui  adalah "ikhtibaar islami al-asykhosh" alias menguji keislaman orang-orang dan apa-apa yang mereka pahami dalam  permasalahan tauhid yang bermacam-macam secara tafshil (mendetil).
Kalau sesuai dengan akal dan hawa nafsu mereka maka ia muslim (menurut mereka), kalau tidak demikian berarti tidak muslim. Seperti misalnya orang yang tidak  berpendapat bahwa hukum asal manusia adalah kafir, maka mereka penganut ghuluw ini menilainya kafir disebabkan dia belum berlepas diri dari kekafiran orang-orang tersebut.
    Mereka ini mengkafirkan Syaikh Ayman Azh Zhawahiri dan Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, karena beliau berdua tidak mengkafirkan siapa yang mereka anggap kafir sesuai pemahaman takfir mereka.
        Kedua: Ada yang berpendapat bahwa hukum asal para imam masjid itu itu kafir, semata karena masuknya mereka pada posisi itu, tapi mereka mengatakan hukum asal manusia ialah Islam, sedangkan sebagian yang lain bertawaquf (tidak menghukumi kafir atau Islam). Inilah orang yang disebutkan di dalam makalah yang berjudul "ghuluw yamhaqu al-barokah".
        Ketiga: Selanjutnya ahli mencampur adukkan. Mereka tidak memiliki manhaj tidak pula pemikiran, mereka hanya comotsana, comot sini dari suatu pendapat kemudian mereka pupuk apa yang ada itu. Kebanyakan mereka cepat berubah; tentang benar atau salahnya pendapat, tahdzirnya terhadap sesuatu dan pernyataan terhadap pendapat-pendapat para ulama.
          Mengapa Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi memerangi kelompok ini dengan sengit dan bersikap keras terhadp mereka?
          Telah datang kritik dari beberapa ikhwan bahwa makalah-makalah yang dikeluarkan oleh Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi justru adalah penyebab hal ini. Jumlah mereka kian bertambah yang malah membuka medan peperangan baru yang tidak perlu pada saat ini.
          Maka kami katakan kepada para ikhwah ini sebagai jawaban atas persoalan tadi:
          Pertama, bahwa sebagian para panganut ghuluwmenisbatkan diri mereka kepada dakwah tauhid ini di antara orang-orang tersebut, melalui:
          1. Mereke menyebut Syaikh Abu Mush'ab Az Zarqawi–rahimahullah-, mereka mengklaim bahwa mereka mengikuti beliau dan jihad serta perlawanan beliau, sedangkan Syaikh Abu Mush'ab sendiri berlepas diri dari mereka.
          2. Pakaian mereka tidak berbeda dengan pakaian ahli tauhid dan jihad, sama-sama memanjangkan rambut, pakaian a la Afghan dan penutup kepala hitam.
          3. Mereka juga menggunakan sebagian kitab Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi seperti "Demokrasi Adalah Sebuah Agama" dan "Millah Ibrahim" sebagai pembukaan untuk dakwah mereka, kemudian setelah beberapa lama barulah mereka menyebarkan racunnya, mentakfir masyarakat dan para ulama.
          Syaikh Abu Muhammad mengetahui bahayanya golongan ini, kemungkinan penyebaran kebatilan dan pertambahan pengikut mereka diantara para pemuda pengusung tauhid.
          Maka beliau menetapkan untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan dengan menekannya dan mengingkari perbuatan dan perkataan yang dimaksud, serta melakukan tindakan preventif dengan menyeru para pemuda untuk meninggalkan golongan ini, memutuskan hubungan dengan mereka dan tidak menghadiri majlis mereka.
          Kedua,  mereka memblokir jalan menuju tauhid dan jihad melalui sebagian perkataan mereka yang keluar dari rel syariat, lalu dipungut oleh orang-orang licik yang berniat buruk dari kalangan murji’ah dan jamaah Ikhwan dan Hizbut Tahrir serta jamaah tabligh dan selain mereka, lalu mereka menyebarkannya bahwa ini adalah pemikiran Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dan jamaahnya, sampai terpatri bahwa ini adalah gerakan salafi jihadi di seluruh belahan dunia.  Maka sangat perlu adanya pencegahan atas bahaya yang ditimbulkan oleh para panganut ghuluw ini.
          Kelompok kedua: adalah yang berbeda dari Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dari sisi aqidah, dakwah serta pemikirannya. Mereka menganggap Syaikh Abu  Muhammad Al Maqdisi adalah pencetus pemikiran takfir dan ghuluw.
          Ketika anda memanggil mereka untuk berdiskusi soal ini secara diskusi ilmiyah dengan kaidah-kaidah ilmiah, mulailah mereka melakukan manuver-manuver  dusta, sesat lagi berdosa dalam debat kusir meninggalkan diskusi ilmiah yang kokoh dan pasti untuk mencari hakikat kebenarannya secara syariah.
          Mereka memiliki beberapa sifat:
          1. Menganggap syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi adalah orang yang ghuluw dan suka mengkafirkan sembarangan.
          2. Memerangi manhaj Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tanpa bukti yang jelas tidak pula manhaj yang shahih.
          3. Mempermainkan urusan jihad dengan memelintir nasehat-nasehat Syaikh Abu Muhamad Al Maqdisi yang aslinya (seolah, red) untuk memberi petunjuk kepada para pemuda dalam amaliyat-amaliyyat meraka, supaya aksi-aksi itu sesuai dengan prinsip-prinsip siyasah syar'iyah. Mereka memelintir itu untuk memusuhi jihad dan mujahidin, bahkan meraka menyebut bahwa Syaikh Al Maqdisi adalah seorang agen dan penipu. (amat besar dosa yang timbul dari ucapan yang keluar lewat mulut-mulut mereka, mereka tidak mengatakan kecuali kedustaan).
          Mereka bertingkah busuk dalam perdebatan dan memfitnah Syaikh Al Maqdisi dan orang-orang yang bersamanya dengan kebohongan-kebohongan. Mereka menuduh Syaikh yang mulia yang pemahaman fiqihnya luas ini, sebagai orang yang menyelewengkan maksud syariat dan sesat, disebabkan satu kesalahan beliau dalam satu masalah fiqih saja.
          Lalu Nasri At Thahayanah mereka tuduh sebagai pencuri, yang membangun rumahnya dengan harta milik mujahidin, padahal ketahuilah rumahnya saja tidak luas, untuk menampung lima orang sekaligus saja tidak bisa. Syaikh sepuh yang tertawan (Abu Muhammad At Tahawi, seorang ulama Yordania) mereka tuding sebagai orang bodoh dan tolol.
          Begitu pun Umar Zaydan (Abu Mundzir) dituduhnya dengan tuduhan dusta terhadap apa yang diturunkan Allah. Syaikh Nurudin sebelumnya juga begitu, mereka tuduh mencuri harta mujahidin, dan mereka juga berusaha melakukan hal serupa kepada Syaikh Al Fadhil Abu Muhammad Al Abid dan saudara beliau Abu Asyraf.
          Maka munculah pertanyaan; kenapa mereka melakukan hal-hal  yang busuk seperti d atas kepada para ulama dakwah tauhid wal jihad separti Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dan para penuntut ilmu lainnya seperti  Syaikh Nurudin, Umar Zaydan dan siapa pun yang melakukan pengumpulan donasi untuk keluarga mujahidin yang tertawan semisal Syaikh Abu Muhammad Al Abid dan saudaranya abu asyraf?
          Ketahuilah, mereka itu merupakan perwujudan dari dakwah tauhid dan jihad ini, dari sisi-sisi:
          1. Teoritis ideologi (para ulama dan para penuntut ilmu)
          2. Operator lapangan (mereka yang mengurusi keluarga yang ditinggalkan oleh para syuhada dan tawanan)
          Maka sesungguhnya mereka berkonspirasi dan bermakar buruk kepada dakwah ini dengan suatu metode yang sebetulnya sesuai dengan strategi yang digariskan oleh lembaga RAND ini, baik sengaja atau tidak sengaja. Dengan mereka mengetahui strategi lembaga RAND ini atau tidak, dengan bantuan langsung atau tidak langsung dari dinas keamanan thaghut. Sukarela atau pun terpaksa. (istilahnya mereka menari dengan tabuhan gendang RAND corporation).
          Masalahnya, apa pun keadaannya, hasilnya tetap satu, yaitu rencana jahat, sebuah konspirasi, makar rekayasa untuk menjatuhkan dakwah yang penuh berkah ini, dengan melakukan pembunuhan karakter, menjatuhkan pengaruh siapa saja yang mengusung dakwah ini dan tokoh-tokohnya yang menonjol.
          Mereka tidak membatasi diri dalam hal kerja sama, mereka akan bekerja sama dengan siapa pun, bila hal itu menguntungkan keberhasilan rencana jahat mereka.
          Kelompok yang ketiga: ahlul ahwa yang naif dan tertipu.
          Sejatinya kelompok inilah yang paling berbahaya dan mengkhawatirkan, mereka mempromosikan pemikiran-pemikiran yang sebetulnya mereka tidak memahami maknanya, mereka menjebak diri mereka sendiri dalam skema permainan orang lain tanpa mereka sadari, tidak mereka ketahui sasaran dan tujuannya.
          Maka anda bisa melihat mereka menukil-nukil kabar berita dan isu-isu lalu mereka tambah dan kurangi, mencampurkan antara kebenaran dan kebatilan. Kalau meraka dimintai rujukan dari syaikh mana? dan penafsiran dari beberapa yang ada di otak mereka, anda lihat mereka tidak bisa menjawab.
          Maka sebetulnya mereka ini tidak bisa mendengarkan, kalau pun mereka mendengar, mereka tidak bisa memahami, kalau pun paham, mereka tidak melakukanya dengan baik.  Mudah  menyebarkan rumor-rumor dan menganggap diri mereka beda dari orang lain. Sehingga meraka menjadi mangsa yang empuk, dikarenakan tindakan-tindakan mereka yang tidak disiplin.
          Adapun yang jujur, seperti mereka yang berbeda pendapat dengan Syaikh di beberapa perkara, tapi mereka masih masuk kepada bagian aqidah dan tauhid. Mereka sebagian ikhwah yang merupakan para penuntut ilmu tetapi mereka juga memiliki beberapa penyimpangan yang menyelisihi Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, dan mereka pada umumnya tidak berpengaruh di dalam gerakan. Bahkan, terkadang mereka mengkritisi Syaikh tanpa tujuan untuk menimbulkan kerusakan dan sekadar qila wa qala saja. Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi pun seringkali mendorong mereka untuk berdebat dan berdiskusi, supaya pemikiran mereka terbuka.
          ...penyakit hati berupa nafsu terhadap popularitas, erosi keikhlasan, dan sifat dendam adalah jembatan setan, jin dan manusia semisal lembaga RAND dan siapa saja yang sama dengan mereka...
          Sesungguhnya penyakit hati berupa nafsu terhadap popularitas dan erosi keikhlasan dari hati sebagian orang, serta sifat dendam merupakan jembatan setan, jin dan manusia semisal lembaga RAND dan siapa saja yang sama dengan mereka.
          Ibadah mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah berganti dengan menyerang dan mencela Syaikh salafi jihadiinternasional Abu Muhammad Al Maqdisi (semoga Allah menjaganya), dengan restu lembaga RAND dan dinas keamanan lainnya.
          "Dan kami jadikan dari mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami sepanjang meraka sabar dan mereka yakin terhadap ayat-ayat kami" (Q.S. As Sajdah: 24).  Begit lah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kepemimpinan dalam dien tergantung dengan sabar dan yakin. Kita meminta kepada Allah semoga Allah memberikan kesabaran dan keyakinan kepada Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi sampai beliau menemui wajhu robbihi. Sesungguhnya Rabb kami Maha Mendengar lagi Maha Dekat, yang Maha Menjawab doa-doa.
          Aku menuliskan kepada semua yang menyelisihi Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi tanpa hujjah dan dalil yang jelas dari Al Qur’an dan Sunnah sebuah ayat; “Hai orangVOA-ISLAM-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.S. Al Anfal : 29)
          Berkata penulis Fi Zhilalil Quran, sebagai tafsir dari ayat di atas. Bahwa takwa kepada Allah itu menjadikan hati bisa membedakan mana yang haq dan batil, menyingkapkan penghalang jalan, tetapi hakikat ini, sebagaimana seluruh hakikat aqidah, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia yang merasakannya.
          Segala urusan itu terjalin di benak dan akal, thariqah itu terjalin dalam pandangan serta pemikiran, dan kebatilan bercampur dengan Al Haq ketika diri terpisah dari jalan (kebenaran), hujjah matang tapi tidak mengenyangkan, terdiam tidak berpengaruh terhadap hati maupun akal.
          Jadilah jidal dan diskusi sia-sia dan kehilangan tujuan dan hasilnya. Hal itu terjadi manakala taqwa tiada.
          Kalau akal itu terang, yang haq akan jelas, jalan tersingkap, hati menjadi tenang, nurani pun bersandar dan kaki akan tetap kokoh di atas jalan (kebenaran).
          Al haq itu sejatinya bukan suatu rahasia bagi fitrah, ada hubungan antara kebenaran dan fitrah itu.
          Yang mana dengan itu langit dan bumi diciptakan. Tetapi di sana ada hawa, di antara al-haq dan fitrah. Hawa ini lah yang menyebarkan mendung yang menutupi pandangan, membutakan para pejalan serta menutup jalur jalan. Hujjah itu tidak berpengaruh terhadap hawa, taqwa yang berpengaruh atasnya, rasa takut kepada Allah. Perasaan selalu diawasi oleh-Nya baik sendiri sunyi maupun saat telihat ditengah kawan.
          Sebab itu, furqon ini, yang menerangi pandangan, memisahkan kerancuan dan menyingkap jalan. Dia tidak ternilai harganya.
          Dengan kalam ini aku menjadi, dan bagi Allah segala pujian aku menutup pintu-pintu yang bisa dipakai untuk menyerang dan mencela Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dan dakwahnnya kepada tauhid dan jihad.
          Semoga hancur dan binasa bagi RAND Corporation, sedang mimbar tauhid dan jihad senantiasa tinggi dan penuh dengan dakwah dan qital. [Widad/Abdullah/voa-islam.com]

          CERITA RADEN KARTADRIA



          Pada zaman dahulu di kampung Kartasura, Jawa Tengah hiduplah sepasang suami istri yang sudah tua. Mereka mempunyai beberapa anak tetapi hanya seorang saja yang hidup. Ia bernama Raden Kartadria. Walaupun keturunan bangsawan, mereka hidup dalam kesederhanaan.
          Mereka hidup dari sebidang kebun yang tidak luas. Kebun itu mereka tanami buah-buahan. Buah-buahan tersebut mereka jual ke pasar untuk membeli keperluan hidup sehari-hari, seperti beras, garam, dan lauk.
          Meskipun masih kecil, raden kartadria sudah pandai dan rajin membantu orang tuanya. Pekerjaan yang ia lakukan adalah membersihkan kebun, memetik buah-buahan, dan menjualnya ke pasar.
          Raden Kartadria tidak hanya pandai dan rajin membantu orang tuanya, tetapi ia juga rajin dan pandai mengaji. Ia belajar membaca Al-qur’an dan ilmu agama islam kepada seorang kiai di kampungnya. Raden Kartadria adalah seorang murid yang rajin. Tidak heran jika ia sangat di sayangi oleh guru dan teman-temannya.
          Raden Kartadria juga belajar ilmu bela diri, yaitu silat. Semua ilmu ia pelajari dengan tekun dan sungguh-sungguh sehingga ketika menjelang dewasa, ilmu-ilmu yang dipelajarinya dapat dikuasai dengan baik. Meskipun sudah memiliki ilmu yang tinggi, ia tidak sombong. Bahkan, ia menjadi seorang pemuda yang sopan, lembut dalam bertutur bahasa, serta baik budi pekertinya.
          Suatu hari Raden Kartadria pulang dari kebunnya. Ketika itu hari sudah sore dan cuaca mendung, suatu tanda akan turun hujan. Angin pun bertiup kencang sehingga daun-daun beterbangan. Tidak lama kemudian, hujan pun turun dengan lebatnya. Raden Kartadria berteduh di bawah pohon rindang. Raden Kartadria terkejut karena di bawah pohon itu sudah lebih dahulu berteduh seorang nenek dengan menggendong barang bawaan yang cukup berat. Tubuh nenek itu tampak menggigil kedingan. Raden Kartadria pun basah kuyup kehujanan. Dengan sopan Raden Kartadria menegurnya.
          “Nenek, dari mana sampai kehujanan di sini?”
          “Aku akan ke ladang di pinggir hutan itu. Gubukku berada di sana. Tadi aku mampir ke rumah cucuku dan dibekali oleh-oleh ini. Cucuku sedang sakit, maka ia tidak dapat mengantarkan. Terpaksa aku pulang sendiri, “jawab nenek.
          Mendengar cerita nenek itu, Raden Kartadria merasa kasihan terhadap nasibnya. Sementara itu, hujan belum reda, tetap hari makin gelap karena sebentar lagi malam tiba. Tubuh nenek itu makin menggigil kedinginan. Rasa iba Raden Kartadria makin menjadi. Lalu berkata kepada nenek itu.
          “Nenek, tampaknya hujan belum juga reda, hari makin gelap, sebentar lagi malam tiba. Bagaimana kalau aku antar nenek ke gubuk itu ?”
          Nenek menganggukan kepalanya tanda setuju, tetapi ia tidak mampu membawa barang-barangnya sehingga Raden Kartadria yang membawakan barang itu sampai ke gubuknya. Dengan tertatih-tatih dan di bawah siraman hujan yang lebat, akhirnya sampailah kedua orang itu di sebuah gubuk di tepi hutan. Nenek segera berganti pakaian dan berselimut, untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Setelah agak hilang rasa dinginnya, nenek itu berkata kepada Raden Kartadria.
          “Hai, cucuku! Aku sangat berterima kasih karena engkau telah menolongku. Aku bangga kepadamu karena ternyata engkau seorang pemuda yang baik.”
          Sambil memandangi Raden Kartadria yang basah kuyup, nenek melanjutkan ucapannya.
          “Tetapi, aku tidak dapat memberikan engkau apa-apa. Karena memang aku tidak mempunyai apa-apa. Aku orang miskin. Kalau engkau mau, aku hanya akan memberikan sebuah nasihat untuk masa depanmu” .
          “Tidak usahlah nek, nenek tidak usah repot-repot. Menolong orang adalah sudah menjadi kewajiban semua orang. Apalagi menolong orang tua seperti nenek. Akan tetapi, aku sangat berterima kasih karena nenek mau memberi nasihat untuk masa depanku, “ demikian kata Raden Kartadria.
          Setelah diam sejenak, nenek melanjutkan ucapannya. “Cucuku, nasihatku tidak panjang. Setelah melihat raut wajahmu aku dapat meramalkan bahwa engkau kelak akan menjadi seorang yang terkenal di kalangan bangsamu. Engkau akan menjadi pemimpin mereka. Akan tetapi, nasibmu akan tragis. Sekarang tinggal pilih, engkau memimpin bangsamu bebas dari penderitaan, tetapi engkau bernasib tragis atau membiarkan bangsamu menderita dan engkau menjadi orang yang bermatabat rendah, bahkan dicaci maki dan dituduh oleh bangsamu sebagai penghianat bangsa.”
          Mendengar nasihat itu, Raden Kartadria termenung sejenak. Tidak lama kemudian, dengan sopan dan penuh hormat Raden Kartadria mengucapkan terima kasih dan minta pamit untuk pulang ke rumahnya. Nenek mengantarkan sampai di depan pintu. Ketika itu hujan sudah mulai reda. Raden Kartadria meninggalkan gubuk nenek itu. Sambil melangkah pulang, ia memikirkan nasihat nenek tadi. Benarkah nasihat itu? Sambil berjalan, hatinya bertanya-tanya. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ia ingin menengok nenek yang tadi mengantar sampai di depan pintu. Alangkah terkejutnya Raden Kartdria ketika itu. Gubuk nenek di tepi hutan itu tiba-tiba lenyap entah kemana. Akhirnya, sambil tetap bertanya-tanya dalam hati, ia cepat-cepat pulang.
          Setelah beristirahat, Raden Kartadria menceritakan semua yang dialami tadi kepada orang tuanya. Orang tuanya mengatakan bahwa itu petunjuk dari Tuhan. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati dalam hidup ini dan tetap berbuat baik serta selalu berusaha menolong orang dalam keadaan bagaimanapun.
          Beberapa tahun kemudian, Raden Kartadria merasa dirinya sudah dewasa. Ia ingin merantau mencari pengalaman yang berguna. Suatu hari ia menyampaikan keinginannya itu kepada kedua orang tuanya. Meskipun dengan hati sedih dan berat, kedua orang tuanya melepas putranya pergi merantau.
          Raden Kartadria merantau ke daerah Betawi. Ketika itu daerah betawi diduduki oleh kompeni Belanda. Orang-orang Belanda banyak yang menjadi tuan tanah dan menindas rakyat sehingga rakyat banyak yang tidak senang tetapi takut melawan.
          Setelah tiba di Betawi, Raden Kartadria mencari rumah pondokan. Ia diterima di rumah seorang ibu tua yang tinggal sendiri. Ibu tua itu bernama Bu Acih. Bu Acih tidak mempunyai anak dan suaminya sudah meninggal ibu tua itu berjualan di pinggir jalan depan rumahnya yang sering dilewati para serdadu Belanda. Karena bu Acih tidak mempunyai anak, kedatangan Raden Kartadria diterima dengan senang hati.
          Setiap hari Raden Kartadria rajin membantu bu Acih berjualan di warung. Langganan Bu Acih kebanyakan para serdadu Belanda. Di samping membantu di warung, Raden Kartadria juga rajin mengikuti kegiatan di kampung itu, seperti kerja bakti, membersihkan kampung, serta mengajar membaca Al-Qur’an kepada anak-anak dan remaja kampung itu. Tidak heran kalau warga kampung pun menyukainya, bahkan Bu Acih sendiri sudah menganggap seperti anaknya sendiri.
          Suatu hari Raden Kartadria membantu Bu Acih di warung seperti biasanya. Ketika itu datanglah rombongan serdadu Belanda. Mereka memesan gado-gado dan minuman. Setelah beberapa saat, seorang serdadu merasa tidak sabar. Dengan kasar ia menghardik Bu Acih.
          “Hai, monyet pribumi! Cepat sedikit dong, nanti saya tempeleng kepalamu baru tahu.”
          Mendengar kata-kata itu, Raden Kartadria meminta kepada serdadu itu untuk bersabar dan tidak meneruskan kata-katanya, tetapi serdadu itu marah kepada Raden Kartadria dan berkata dengan kasar.
          “Hai, monyet hitam! Kamu jangan ikut campur. Biar saja ibu tua yang jelek itu bekerja sendiri. Engkau tahu apa, hitam? Ha…ha…ha..”
          Alangkah sakit hati Raden Kartadria, tetapi ditahannya saja demi keselamatan Bu Acih. Beberapa serdadu lainnya ikut-ikutan mengejek dan tertawa-tawa. Raden Kartadria tetap diam saja. Setelah para serdadu itu selesai makan dan mereka pergi meninggalkan warung, secara diam-diam Raden Kartadria mengikuti dari belakang. Sesampainya di persimpangan jalan yang sepi, para serdadu itu ditantang Raden Kartadria.
          “Hai, sinyo putih! Kamu jangan terlalu kurang ajar, ya!” sambil berkata begitu, Raden Kartadria memukul seorang serdadu yang tadi menghina Bu Acih dan dirinya. Serdadu yang dipukul itu tidak tinggal diam, maka terjadilah perkelahian yang seru. Ketika serdadu itu hampir kalah, teman-teman serdadu itu membantunya. Akhirnya, Raden Kartadria pergi meninggalkan tempat itu. Sejak itulah Raden Kartadria sakit hati kepada serdadu Belanda itu.
          Beberapa waktu kemudian, ketika Raden Kartadria berada di pasar, ia melihat seorang serdadu sedang memukuli seorang lelaki tua sampai terguling-guling ke tanah. Orang tua itu lalu dibantu oleh Raden Kartadria sehingga serdadu itu pun sakit hati terhadap Raden Kartadria.
          Suatu hari datanglah seorang kulit putih ke warung Bu Acih. Dengan sopan, ramah, dan lembut tutur bahasanya, ia mengucapkan”Assalamua’alaikum”. Ia lalu memperkenalkan dirinya. Ia bernama Pieter Erberveld, keturunan Indo-Jerman dan beragama islam. Orang kulit putih itu lalu memesan minuman dan makanan.
          Sejak awal kedatangan Pieter Erberveld, Raden Kartadria memperhatikan dengan cermat. Akhirnya, Raden Kartadria tertarik untuk berkenalan. Selesai makan, mereka bercakap-cakap. Dari percakapan itu mereka menjadi akrab. Tiba-tiba muncul seorang serdadu Belanda yang dulu pernah memukuli lelaki tua di pasar. Begitu melihat Raden Kartadria, ia mau marah. Pieter Erberveld bangkit membantu Raden Kartadria. Serdadu itu lari ketakutan. Sejak itu Raden Kartadria akrab dan bersahabat dengan Pieter Eerberveld.
          Setelah lama bersahabat, Raden Kartadria menyadari bahwa Pieter Erberveld juga membenci Belanda. Sejak itu persahabatan mereka menjadi lebih akrab. Bahkan, Raden Kartadria menjadi tangan kanannya.
          Suatu hari Pieter Erberveld merencanakan persiapan untuk menentang dan melawan Belanda. Tugas Raden Kartadria menghubungkan Pieter Erberveld dengan orang-orang anti Belanda di daerah-daerah di luar Jakarta. Mereka diminta mempersiapkan tenaga dan persenjataan yang ada, seperti keris, tombak, dan keperluan pemberontakan lainnya. Tugas tersebut dilaksanakan Rraden Kartadria dengan senang hati dan penuh tanggung jawab, mengingat nasib bangsanya yang ditindas oleh Belanda.
          Untuk menghilangkan jejak dari kejaran serdadu Belanda, Raden Kartadria pindah ke rumah seorang pribumi yang bekerja sebagai serdadu Belanda tetapi membantu sepenuhnya perjuangan Raden Kartadria. Orang pribumi itu bernama Kapten Sutawangsa. Dalam usahanya mengumpulkan persenjataan, Raden Kartadria dibantu oleh seorang ahli pembuat keris dan tombak dari Jamalangu yang sudah 2 tahun tinggal di Betawi. Ia bernama Singaita. Raden Kartadria juga dibantu oleh Ki Bagus Kerta yang berasal dari Jawa. Atas perintah Pieter Erberveld, Raden Kartadria juga mengadakan hubungan dengan sultan Banten untuk meminta bantuan.
          Suatu hari Raden Kartadria datang ke rumah Pieter Erberveld untuk merundingkan persiapan pemberontakan, tetapi sayang, rencana mereka diketahui oleh seorang pengkhianat yang mengintip dari balik dinding. Orang itu bernama Mali. Kemudian Mali melaporkan hal ini kepada serdadu Belanda.
          Suatu malam Raden Kartadria bermimpi bertemu dengan nenek tua yang pernah menasehatinya dulu ketika masih tinggal di Kartasura. Ia juga ingat pesan kedua orang tuanya untuk tetap berbuat baik kepada siapa saja. Meskipun harus menghadapi cobaan berat, hatinya tetap teguh untuk berjuang bersama Pieter Erberveld.
          Hari yang telah ditetapkan tiba. Mereka berkumpul di rumah Pieter Erberveld untuk mengatur strategi perlawanan dan pemberontakan terhadap Belanda. Akan tetapi, tiba-tiba rumah Pieter Erberveld sudah dikepung oleh pasukan kompeni Belanda dari segala arah. Akhirnya, mereka semua ditangkap dan dihukum mati secara keji dan kejam. Raden Kartadria dan Pieter Erberveld diseret dengan kuda ke sana ke mari sehingga kulitnya pecah-pecah. Dari peristiwa itu, lahirlah sebuah nama yang termasyhur sampai sekarang, yaitu Kampung Pecah Kulit yang terletak di jalan Jakarta.

          Apakah blog ini cukup memberi informasi?

          Pengikut